Harga Ubur-Ubur Jatuh Karena Hasil Panen Yang Melimpah
Harga Ubur-Ubur Jatuh Karena Hasil Panen Yang Melimpah |
Gelombang tinggi akibat hembusan kencang angin timur memicu gelombang tinggi yang membuat nelayan ciut nyali untuk melaut.
Mereka pun sempat libur melaut sehingga tak mendapat pemasukan dari hasil tangkapan di laut. Tetapi rizki memang sudah ada yang mengatur.
Harga Ubur-Ubur Jatuh Karena Hasil Panen Yang Melimpah
Angin timuran membuka pintu rizki lain bagi nelayan. Musim ubur-ubur telah tiba dan mencapai puncaknya Bulan Agustus 2018 ini. Harapan mendulang rupiah membuncah saat tangkapan ubur-ubur melimpah.
Hanya berbekal perahu kecil di bawah lima groos ton, nelayan bisa mendapatkan satu ton ubur-ubur segar. Jika tenaga cukup, mereka bisa kembali melaut dan memperoleh ubur-ubur lebih banyak lagi.
Namun panen raya ubur-ubur ternyata belum menjanjikan untung menggiurkan bagi nelayan.
Harga ubur-ubur jatuh karena pengepul yang menerima hasil tangkapan nelayan ini jumlahnya masih terbatas.
Sementara jumlah nelayan yang menangkap ubur-ubur tak terhitung jumlahnya.
Menurut Ketua Kelompok Nelayan Pandanarang, Tarmuji, ubur-ubur dari nelayan hanya dihargai Rp 600 per kilogram.
Harga saat ini bahkan rendah dari tahun sebelumnya sekitar Rp 1.000 hingga Rp 1200 per kilogramnya.
“Kalau ada rizki bagus, jam 9 pagi sudah dapat 1 ton. Lalu balik menyetorkan ubur-ubur dulu. Ada yang kembali melaut kalau masih ada waktunya,” ujarnya.
Tangkapan ubur-ubur yang melimpah membuat pengusaha kewalahan menerimanya.
Minimnya tempat pengolahan ubur-ubur membuat pengembangan usaha mereka kurang maksimal.
Usaha itu mengharuskan adanya tempat pengolahan untuk membersihkan ubur-ubur dan mengeringkannya sebelum diekspor ke Jepang dan Tiongkok.
Masalahnya, keberadaan tempat pengolahan ubur-ubur ini kerap ditentang warga lantaran dianggap menimbulkan pencemaran dari limbah ubur-ubur.
Nelayan pun harus menyesuaikan kebutuhan pengepul jika hendak menangkap ubur-ubur.
“Sekarang ubur-ubur sedang banyak-banyaknya. Musim ubur-ubur biasanya tiga bulan,"katanya.(*)
Comments
Post a Comment